Rabu, 22 Agustus 2012

ayat suci itu..

Annisa : 44, 76, 138-140
Attaubah : 16
Azzukhruf : 67
Annisa :69
QS. an-Nisa’ (4) : 44
Dan Allah lebih mengetahui (dari pada kamu) tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah Allah menjadi Pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi Penolong (bagimu).
QS. an-Nisa’ (4) : 76 Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: “Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat!” Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?” Katakanlah: “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.
QS. an-Nisa’ (4) : 138 (Yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.
QS. an-Nisa’ (4) : 139 Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam.
QS. an-Nisa’ (4) : 140 (Yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata:” Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu? “Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata:” Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang yang beriman? “Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.
16. Apakah kamu akan mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyatan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 9:16)
67. Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa. (QS. 43:67)
69. Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu: Nabi, para shiddiqqiin 314, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. 4:69)

Rabu, 15 Agustus 2012

tanah surga... katanya

Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jalan cukup menghidupimu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Begitu kiranya lirik lagu koesplus yang tenar pada tahun 60an. Lagu itu pula yang menjadi soundtrack film Nasionalisme, hadiah untuk Ulang Tahun Indonesia yang ke 67. Yap, judulnya "Tanah Surga... Katanya" Film ini rilis pada tanggal 15 Agustus 2012, mengingat hari Kemerdekaan yang jatuh pada tanggal 17 Agustus.
Awal membaca judul film ini, rasanya greget dan berbagai bentuk picingan mata ku menyambutnya. Betapa tidak? Tanah Surga? its oke, sejak dulu sering aku dengar itu, bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam yang tidak sedikit. Ada lagu semasa kecilku yang masih ku ingat.. "Hei Indonesiaku, tanah subur rakyat makmur.. Tanam salak tumbuh salak, tanam duren tumbuh duren, tanam padi tumbuh padi", bukan begitu guys? And then, tidak sampai dikata itu judul film yang kubaca. Ternyata masih ada sambungannya, hehe. "Tanah Surga.. Katanya". Nah loh?
Well, rasa greget dan penasaran tidak cukup sampai disini. Terbuka lebar untukku menyaksikan filmnya. Film drama yang disutradarai oleh Dedy Mizwar pun ini langsung kuhantam pada saat itu juga, tanggal lirisnya. Meskipun harus berseteru dengan waktu terlebih dahulu, hehe.
Referensi Film Perbatasan antara Kalimantan dan Malaysia menjadi latar dari cerita ini. Hidup seorang kakek bernama Hasyim, anak lelakinya yang ditinggal istri meninggal bernama Haris. Cucu laki-laki yang bernama Salman dan perempuan bernama Salina. Dengan seadanya mereka hidup, disebuah dusun yang jauh dari kota, fasilitas yang amat tidak memadai. Benar-benar miris jika dibandingkan dengan suasana Ibukota Jakarta saat ini.
Tidak hanya itu lattar cerita ini, kebanyakan penduduk dusun itu bermata pencaharian pedagang di perbatasan Malaysia. Dengan bermata uang Ringgit Malaysia, pun akhirnya mereka tak mengenal lagi mata uang Indonesia, Rupiah. Sehingga mengakibatkan tidak sedikit warga dusun yang berpindah alih menjadi warga Malaysia, hidup sejahtera itulah alasan mereka mengapa pindah kewarganegaraan..
Berawal dari seorang kakek Hasyim, mantan sukarelawan konfrontasi Indonesia Malaysia tahun 1965, mengalami dilematis setelah diajak anaknya untuk hidup di Malaysia. Hal ini dipicu oleh Haris yang hidupnya melimpah di negeri itu. Sebagai mantan pejuang Nasionalis yang masih tertanam nilai-nilai Nasionalismenya jelas menolak ajakan anak laki-lakinya itu. Kakek Hasyim lebih memilih hidup di Indonesia meski hanya Jakarta yang dimakmurkan. "Saya mengabdi bukan pada pemerintah, tapi saya mengabdi pada negeri ini," tegas kakek Hasyim. Hingga akhirnya, hanya Salina -anak Haris- yang berhasil diajak ke negeri Ringgit itu.
Hingga akhirnya, seorang guru -Ibu Astuti- dan seorang dokter -dr. Anwar- masuk dalam kehidupan dusun itu. Ibu Astuti pun mengajar anak-anak yang menginjak kelas 3 dan kelas 4 di sekolah yang hampir rubuh, tak hanya mengajar, Ia pun juga menanamkan nilai-nilai Nasionalisme. Sedangkan dr.Anwar yang dikenal sebagai dokter Intel mengobati warga yang terkena penyakit walau kadang pengobatannya bersifat sementara.
Ah, lagi-lagi film Dedy Mizwar mengalirkan kelucuan-kelucuan negeri kita ini, Indonesia. Mengapa aku katakan seperti itu? Tak lain hanya referensiku yang memang baru saja kunikmati film ini.
Salah satu alur cerita ini, seorang pejabat, yang diperankan oleh Dedy Mizwar, berkunjung ke dusun tersebut. Beliau ingin menunjukkan kepeduliannya.. Dengan ditampilkan bakat-bakat anak murid yang baru dibentuk, pejabat itu pun menyaksikan dengan seksama. And, setelah itu apa yang terjadi? Tersindir, itulah mungkin yang dirasakan pejabat ketika mendengarkan puisi yang dibacakan Salman,
Tanah surga oleh Salman
Bukan lautan hanya kolam susu, katanya.
Tapi kata kakekku hanya orang-orang kaya yang bisa minum susu.
Kail dan jala cukup menghidupimu, katanya.
Tapi kata kakekku ikan-ikan kita dicuri oleh banyak negara.
Tiada badai tiada topan kau temui, katanya.
Tapi mengapa ayahku tertiup angin ke Malaysia?
Ikan dan udang menghampiri dirimu, katanya.
Tapi kata kakek "Awas, ada udang dibalik batu."
Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman, katanya.
Tapi kata dokter intel belum semua rakyatnya sejahtera banyak pejabat yang menjual kayu dan batu untuk membangun surganya sendiri"
Tidak hanya disitu penderitaan mereka, Kakek Hasyim akhirnya semakin menderita dengan penyakit asmanya. Harus diobati dirumahsakit kota. Dengan ongkos yang dikumpulkan Salman, berangkatlah Kakek Hasyim, Salman, Ibu Astuti dan dr. Anwar menuju kota dengan perahu sampan.
Keadaan miris yang sedang terjadi dengan Haris -anak Kakek Hasyim- tengah merayakan kemenangan bola yang baru saja digelar pertandingannya, antara Malaysia dan Indonesia. Pada saat bersamaan, kakek Hasyim pun meninggal di atas sampan setelah berkali kali dr. Anwar meringankan rasa sakitnya.
Miris, miris..
Sebuah film yang amat tersindir tuk pemerintah. Bahwa ada pahlawan Indonesia yang tidak tersejahterakan, hingga meninggal dengan keadaan yang.. Ah sudahlah, rasanya tak sanggup aku menceritakan.
Oke, blogger.. Cukup sekian mengenai "Tanah Surga, Katanya". Berharap ada hikmah yang dapat diambil, khususnya pemerintah negeri ini.