Jumat, 03 Desember 2010

cinta.. cinta.. cinta

Cinta… Cinta… Cinta…


Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.


Segala puji bagi Allah… Segala puji milik Allah… Tuhan semesta Alam..

Aku bersaksi tiada Tuhan yg berhak disembah selain Allah.. Dan Aku bersaksi bahwa Muhammad ialah hamba dan utusaNYA..

Hanya kepada Allah kami menyembah… Hanya kepada Allah kami memohon pertolongan… Hanya kepada Allah kami berharap... Hanya kepada Allah tempat bergantung segala sesuatu.. Hanya kepada Allah kami berlindung dari godaan setan yang terkutuk yang menghembuskan godaan yang sesat..

Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Shallawat, sallam, rahmat, & berkah semoga Allah azza wa jalla curahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam, keluarganya, Sahabat, tabi’in, tabiut tabi’in..

Semoga Ampunan, salam, rahmat, & berkah semoga Allah curahkan kepada kami hamba-hamba Allah azza wa jalla sebagai ummat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam sampai hari akhir nanti… Amma Ba’du…


Cinta Khadijah Radhiyallahu ’anha….!!!


Cinta… Kadang manis terasa…
Cinta… Kadang pahit terasa…

Cinta... Kadang bisa jadi penawar...
Cinta…Kadang bisa meracuni...

Cinta...Kadang Tumbuh berkembang…
Cinta.. Kadang Layu melunglai...

Cinta... Kadang bisa Sesaat…
Cinta... Kadang bisa bermusim…

Cinta.. Kadang bisa membahagiakan…
Cinta.. Kadang bisa menyengsarakan…

Hmmmm… Cinta… Apakah makna cinta???


Cinta…Seperti banyak kita ketahui dalam sejarah, pembahasan Tentang Cinta selalu menarik dikarenakan Daya maghnetnya yang sangat luar biasa.

Cinta… Dari sejarah-sejarah peperangan, kerajaan, pemerintahan, kenegaraan, pemberontakan, kejahatan, kebaikan, puisi, Novel, Drama, dll. Di dalam itu semua terselip unsur-unsur yang Dilandasi dengan Cinta.

Cinta… Sejarah-sejarah membuktikan Dahsyatnya Cinta yang bisa memporak-porandakan Hati, Akal, Harta, Kekuasaan, Kehormatan, Dan lain-lainya.

Cinta… Sejarah-sejarah membuktikan Tentang Suatu Cinta, Kadang semua itu berguna Dalam waktu sesaat, Kadang semua itu berguna Dalam waktu bermusim, Kadang semua itu berguna Dalam waktu semasa hidup.

Cinta… Sejarah-sejarah membuktikan ironisnya cinta, Kadang merana tersiksa sakit bathin berupa tekatan stres yang hebat membikin pusing, bingung, cemas bahkan sakit jiwa Dan Kadang merana tersiksa sakit lahir berupa kebisuan, kebutaan, kelumpuhan, bahkan sampai kematian.

Cinta… Sejarah-sejarah membuktikan banyak sekali cinta yang sia-sia diberbagai belahan dunia. Namun perlu kita ketahui di antara
banyak sekali Cinta yang sia-sia ada beberapa terselip Cinta yang sangat luar biasa seperti kisah Cintanya Khadijah Radhiyallahu ’anha Sang ummul mukminin Kepada Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam.

Sesungguhnya ada pelajaran yang sangat berharga dari Khadijah Radhiyallahu ’anha dimana beliau mempunyai peranan yang sangat besar dalam perkembangan Islam dari Awal kelahirannya. Khadijah Radhiyallahu ’anha sering membantu Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam baik harta, jiwa Dan Raga. . Khadijah Radhiyallahu ’anha menentramkan rasa takut yang dialami Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam ketika Malaikat Jibril turun kepadanya dengan membawa wahyu di goa Hira’ untuk pertama kalinya. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam datang kepada Khadijah dalam keadaan seluruh persendiannya gemetar, seraya bersabda :

“Selimuti aku! Selimuti aku! Sungguh aku mengkhawatirkan diriku" Maka Khadijah berkata : "Tidak. Demi Allah, Allah tidak akan membuatmu menjadi hina sama sekali, karena engkau selalu menjalin hubungan silaturahmi, menanggung beban, memberikan bantuan kepada orang yang tak punya, memuliakan tamu dan memberikan pertolongan kepada orang yang berada di pihak yang benar"
(Muttafaq Alaih)

Subhanallah..!!! Allahuma Shalli Wa Sallim ‘Alaa Muhammad Wa ‘Alaa Ali Muhammad…
Dan banyak sekali pelajaran yang sangat berharga dari Khadijah Radhiyallahu ’anha Sang ummul mukminin, Terlampau panjang kalau tertulis disini. Sampai-sampai Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

“Dari Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu ’anhu , ia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: Sebaik-baik wanita ialah Maryam binti Imran. Sebaik-baik wanita ialah Khadijah binti Khuwailid (HR.Shahih Muslim)

Serta Allah memberikan kabar gembira kepada Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam melalui Malaikat Jibril bahwa Khadijah Radhiyallahu ’anha Sang ummul mukminin Akan mendapatkan Rumah Disurga Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ’anhu , ia berkata:Jibril datang kepada Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam dan berkata: Wahai Rasulullah, ini Khadijah datang kepada engkau dengan membawa bejana berisi lauk pauk atau makanan atau minuman. Apabila ia datang kepadamu, sampaikanlah salam kepadanya dari Tuhannya Yang Maha Mulia lagi Maha Agung dan juga dariku dan kabarkanlah berita gembira kepadanya mengenai sebuah rumah di surga yang terbuat dari mutiara di dalamnya tidak ada keributan dan kesusahan. (HR.Shahih Muslim)

Cinta… seperti kisah Cintanya Khadijah Radhiyallahu ’anha Sang ummul mukminin Kepada Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam memang Super dahsyat.



Cinta Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam Berarti Cinta Allah Subhanahu Wa Ta’ala...!!!

Cinta… Cinta… Cinta… banyak orang berkata cinta Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam tapi tidak tau makna dalam kecintaan itu… hmmm mungkin termasuk zulfi yg sering berkata cinta Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam tapi sedikit tahu makna… Astaghfirullah…!!!

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ’anhu , ia berkata:Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: Seorang hamba tidak beriman sebelum aku lebih dicintainya dari keluarganya, hartanya dan semua orang” (HR.Shahih Muslim)

hadits di atas mengandung pengertian bahwa iman seorang muslim tidak sempurna, sehingga ia mencintai Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam melebihi kecintaannya terhadap anak, orang tua dan segenap manusia, Termasuk mencintai Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam melebihi kecintaannya terhadap dirinya sendiri.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Telah ber firman:
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.s Ali ’Imran 31)

Dalam Asbabun nuzul (Latar belakang Sejarah Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an) disebutkan Dalam Suatu riwayat dikemukakan ada suatu kaum di zaman Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam. Yang berkata “Demi Allah hai Muhammad, Sesungguhnya kami benar-benar yakin cinta kepada Rabb kami “Maka Allah menurunkan Ayat (Q.s Ali ’Imran 31) sebagai tuntunan bagaimana seharusnnya mencintai Allah.
(Diriwayatkan oleh Ibnul Mundir yang bersumber dari Al-Hasan)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Telah ber firman:
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka[321].
[*]. Rasul tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan mereka dan tidak menjamin agar mereka tidak berbuat kesalahan. (Qs. An Nisaa’ 80)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Telah ber firman:
“dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul.
(Qs. At Taubah 120)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Telah ber firman:
“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri[*]
(Qs. Al Ahzab 6)
[*]. Maksudnya: orang-orang mukmin itu mencintai nabi mereka lebih dari mencintai diri mereka sendiri dalam segala urusan.

Dari Anas Radhiyallahu ’anhu , ia berkata:Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: Ada tiga hal yang barang siapa mengamalkannya, maka ia dapat menemukan manisnya iman, yaitu orang yang lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada yang lain, mencintai orang lain hanya karena Allah, tidak suka kembali ke dalam kekufuran (setelah Allah menyelamatkannya) sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam neraka (HR. shahih Muslim).

Jadi jelas berdasarkan dalil-dalil diatas Cinta sejati kita di wajibkan Untuk Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam. Cinta sejati kepada Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam berarti Cinta Sejati kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Bisa Dirumuskan dengan:
Cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala melebihi cinta kita pada apapun BERARTI Cinta kepada Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam melebihi cinta kita pada Apapun.

Cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala BERARTI tunduk, patuh dan ta’at kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala BERARTI tunduk, patuh dan ta’at kepada Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam.

Jadi Kecintaan Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam berarti ketaatan kepada Aturan-Aturan Dalam Al-Qur’an Dan Aturan-Aturan Dalam Al-hadist yang benar, baik itu ketaatan Dalam menjalankan semua perintah-perintahnya Dan ketaatan Dalam menjauhi semua larangan-larangannya.


Sekarang Banyak golongan, kelompok, partai,dll. Mengaku berpegang kepada ketaatan kepada Aturan-Aturan Dalam Al-Qur’an Dan Aturan-Aturan Dalam Al-hadist yang benar. Tapi Realitanya mereka menentang, menolak bahkan menginkari sebagian Ayat-ayat Al-Qur’an Dan Sebagian Hadist-hadits yang shahih.

Kenapa bisa..??? jelas bisa, Dikarenakan Sekarang Banyak golongan, kelompok, partai,dll. Menggunakan Adat-istiadat, Akal, nafsu di campur baurkan, mereka seenaknnya Dalam menjalankan paham golongan, kelompok, partai,dll.

Sekarang Banyak golongan, kelompok, partai Ada yang ahli bid’ah, ada yang ahli maksiat, ada yg ahli mengkafirkan, dan lain-lainnya.

Sangat mengherankan sekali Sekarang Banyak golongan, kelompok, partai berteriak lantang … “Hidup golongan, kelompok, partai kami, Hidup Aturan-Aturan Dalam Al-Qur’an… Hidup Aturan-Aturan Dalam Al-hadist… Hidup Khilafah… dan lain-lainnya“

Mereka Ada yang menafsirkan Al Qur’an dengan disesuaikan nafsunya, mereka berkata "Dan tidaklah Allah menciptakan manusia dan jin kecuali…..untuk menegakkan khilafah dan menegakkan hukum-hukum Islam" dan "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sampai mereka…..menegakkan khilafah".

Didalam suatu kitab salah satu golongan yang di dukung partai, kitab itu didalamnya penuh cacian terhadap Abu Bakar Radhiyallahu ’anhu, Umar Radhiyallahu ’anhu, Mu’awiyah, mencaci maki para shahabat yang lain dan mengatakan bahwa para shahabat telah merubah Al Qur’an, mencaci maki istri Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, dan lainnya. Dan juga mengatakan bahwa "imam-imam" mereka berada pada tingkatan tertinggi, yang tidak ada nabi ataupun malaikat yang dapa menandinginnya. Bagaimana bisa mereka seperti itu? Bagaimana mungkin imam-imamnya itu lebih baik daripada semua nabi dan malaikat? Tapi hal itu bukanlah sesuatu yang hal yang dipermasalahkan partai sesat itu. Mereka berkata "kami mengetahui Allah berdasarkan akal kami" Anehnnya partai itu mendukung golongan sesat itu.

Sekarang banyak golonganan, kelompok, partai mengeluarkan fatwa yang menyesatkan “Mereka menjelaskan bahwa laki-laki dibolehkan untuk mencium wanita non muslim. Mereka berkata bahwa boleh untuk melihat foto (gambar) wanita telanjang (b***l), mereka katakan "itukan hanyalah gambar". Mereka katakan bahwa itu bukanlah wanita tapi hanyalah gambar. Kemudian mereka berkata bahwa dibolehkan untuk menjabat tangan wanita lainnya, yaitu ketika melakukan bai’at, sebab tidak ada perbedaan antara wanita dan pria dalam hal ini.

Gimana mereka berkata kebenaran sedangkan banyak menolak hadist-hadist shahih karena kepentingan mereka yang fanatik berlebihan terhadap golongan, kelompok, partainya. hadist-hadist shahih tidak boleh di belakangi, ditolak Atau di ingkari, baik itu hadist shahih mutawatir Atau hadist shahih Ahad. Maka orang yang tidak mengambil hadits ahad dalam masalah akidah, niscaya mereka menolak beberapa hadits ahad tentang akidah lainnya, seperti tentang :

1. Keistimewaan Nabi Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam melebihi semua Nabi ‘Alaihimus Salam.
2. Syafaatnya yang besar di akhirat.
3.Syafaatnya terhadap umatnya yang melakukan dosa besar.
4.Semua Mu’jizat selain Al Qur’an.
5.Proses permulaan makhluk, sifat Malaikat dan Jin, sifat Neraka dan Surga yang tidak diterangkan dalam Al Qur’an.
6.Pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir di alam kubur.
7.Himpitan kubur terhadap mayit.
8.Jembatan, telaga, dan timbangan amal.
9.Keimanan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan kepada semua manusia akan keselamatannya, sengsaranya, rizkinya, dan matinya ketika masih dalam kandungan ibunya.
10.Keistimewaan Nabi Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam yang dikumpulkan oleh Imam Suyuthi dalam kitab Al Khasha’is Al Kubra, seperti Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam masuk ke Surga ketika beliau masih hidup dan melihat penduduknya serta hal-hal yang disediakan untuk orang yang bertakwa.
11.Berita kepastian bahwa sepuluh shahabat dijamin masuk Surga.
12.Bagi orang yang melakukan dosa besar tidak kekal selama-lamanya dalam neraka.
13.Percaya kepada hadits shahih tentang sifat Hari Kiamat dan Padang Mahsyar yang tidak dijelaskan dalam Al Qur’an.
14.Percaya terhadap semua tanda kiamat, seperti keluarnya Imam Mahdi, keluarnya Dajjal, turunnya Nabi Isa ‘Alaihis Salam, keluarnya api, munculnya matahari dari barat, dan binatang-binatang, dan lain-lain. Kemudian semua dalil akidah, menurut mereka tidak sah dengan hadits ahad. Dalil-dalil akidah itu bukan dengan hadits ahad, tetapi dalilnya harus dengan hadits mutawatir. Akan tetapi karena sedikitnya ilmu orang yang mengingkari kehujjahan hadits ahad itu maka mereka menolak semua akidah yang berdasarkan hadits shahih.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Telah ber firman :
“Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; (Qs. Al Baqarah 87).

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Telah ber firman :
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu[*] dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.
(Qs. An Nisaa’ 115). [*] Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Telah ber firman :
“Dan tidak patut bagi laki-laki yang Mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang Mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (Qs. Al Ahzab 36)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Telah ber firman :
“Taatilah Allah dan Rasul-Nya.” (Qs. Ali Imran 32)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Telah ber firman :
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.”
(Qs Al Hasyr 7)

Ibnu Hajar berkata : “Sungguh sudah terkenal perbuatan shahabat dan tabi’in dengan dasar hadits ahad dan tanpa penolakan. Maka telah sepakat mereka untuk menerima hadits ahad.” Lihat Fathul Bari 13/234.

Itulah Realita sekarang banyak golongan, kelompok, partai yang sesat, jadi Jangan Asal berteriak lantang Tanpa Makna….!!!


Sekarang juga Begitu banyak ummat muslim mengaku mencintai Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam, dengan menyanyikan lagu-lagu nasyid cinta Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam dengan Bahasa Arab Atau bahasa lainnya, berpuisi cinta kepada Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam, bersenandung bershalawat di menara-menara mesjid, bershalawat memakai pengeras suara di mesjid. Apakah Dengan semua itu Kita bisa mendapatkan pahala??? Dan Dengan semua itu Ada yang celaka Atau berdosa Yang mana kita tidak meneliti kandungan makna Shalawat itu, kita tidak meneliti Apakah boleh kita melakukan semua itu mana yang boleh mana yang tidak boleh, boleh jadi dari beberapa Amalan itu tidak ada tuntunannya atau Bid’ah, boleh jadi maknanya ada yang mengandung kata-kata syirik, dan lainya. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

“Hendaklah kalian menjauhi perkara-perkara baru yang diada-adakan, karena setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid ’ah, setiap bid ’ah itu sesat, dan setiap yang sesat itu (tempatnya) di neraka"
(HR. Abu Dawud, Ibnu Majjah, Tambahan “dan yang setiap yang sesat itu (tempatnya di neraka)” pada riwayat An-Nasa’I )

Cara mencintai Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam dengan bershalawat Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam harus hati-hati harus sesuai tuntunan yang benar. mencintai Rasulullah Shallallahu ’alaihi dengan bershalawat kepadanya itu sangat bagus, tapi kita harus memeriksa dengan teliti berdasarkan dalil :

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Telah ber firman:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Qs. Al Hujuraat 6)

Jadi bukannya Tidak boleh tapi jika kita melakukan suatu Amalan yang harus dengan Tuntunan yang benar, karena banyak membaca shalawat berarti salah satu cara mencintai Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam Dan pada hari kiamat paling dekat dengan Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam:

“Dari Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat ialah orang yang paling banyak membaca shalawat kepadaku."
(HR Riwayat Tirmidzi.)


Mencintai Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam Bukan hanya lisan berucap tanpa makna, Mencintai Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam Adapun tanda-tandanya itu akan tampak pada diri kita baik secara bathin maupun lahir.

Pengaruh dari mencintai Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam kecintaan itu Akan tampak ketika seseorang itu menjalani perintah-perintahnya Dan menjauhi larangan-larangan dengan tuntunan yang benar.


Jika kita menanyakan kepada seseorang muslim..

“Apakah anda muslim…?”

Orang itu menjawab “Ya Saya seorang muslim”


“Apakah Anda melaksanakan Shalat, zakat, puasa bulan Ramadhan, Haji bila mampu…?”

Orang itu menjawab “Ya Saya melaksanakannya untuk haji belum mampu”


“Apakah Anda beriman kepada Allah, malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rasul-Rasul, kiamat, Qadha Dan Qadar…?”

Orang itu menjawab “Ya Saya beriman”


“Apakah bukti keimanan Anda…?

Orang itu menjawab “Bukti keimanan saya adalah saya benar-benar Mencintai Rasulullah, seperti kita ketahui mencintai Rasulullah berarti mencintai Allah, Dan begitu pula sebaliknya, mencintai Rasulullah berarti melaksanakan Rukun islam Dan Rukun Iman, menjauhi larangan-larangannya Dan menjalankan perintah-perintahnya. Dan saya siap berkorbankan jiwa, raga Dan hartaku untuk menegakan Ajaran islam.


“Jika benar Anda begitu kenapa Tidak meneladani Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam dalam penampilan, janggutmu dicukur habis, celana Dan sarungmu isbal, Anda tidak mau shalat berjama’ah dimesjid, suka bersentuhan Dan bersalaman dengan bukan mahram, senang berikhtilat, senang safar dengan perempuan bukan mahram, Dan anda Tidak meneladani akhlak dan ketauhidan Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam. Jadi Bagaimana bisa benar-benar Mencintai Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam Tapi Anda Tidak meneladani Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam dengan melanggar perintahnya ???

Orang itu menjawab “Perintah-perintah Dan larangan-larangan itu Ada sedikit perselisihan,di kalangan ulama dulu Dan sekarang, Dan Ulama yang menyelisih itu yang Aku pegang menurut hati saya baik, Dan kecintaan kepada Rasulullah itu letaknya di dalam hati. Dan alhamdulillah, hati saya baik”

“jikalau benar hati Anda baik, pasti Anda bisa memilih Mana Ajaran yang tidak Ada tuntunan dengan benar, mana Ajaran yang Ada tuntunan dengan benar. Dan jika Anda melaksanakan Ajaran yang tuntunan dengan benar, Anda pasti meneladani Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam dengan benar Dan pasti akan nampak dalam diri anda secara lahiriah, baik dalam penampilan, akhlak maupun keta’atanmu dalam beribadah mengesakan Allah semata. Sekarang Anda mengaku kecintaan kepada Rasulullah itu letaknya di dalam hati Anda, sedangkan tampak lahiriah Anda yang nampak selama ini Di pandangan manusia dengan janggutmu dicukur habis, celana Dan sarungmu isbal, Anda tidak mau shalat berjama’ah dimesjid, suka bersentuhan Dan bersalaman dengan bukan mahram, senang berikhtilat, senang safar dengan perempuan bukan mahram. Semua itu banyak dalil-dalil yang menyatakan haram dengan terang dalam Al-Qur’an Dan Al-Hadist yang shahih. Sebab Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad itu terdapat segumpal daging. Bila ia baik maka akan baiklah seluruh jasad itu, dan bila ia rusak maka akan rusaklah seluruh jasad itu. Ketahuilah, ia adalah hati."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)


“Apakah Anda sudah nikah?”

Orang itu menjawab “Ya, saya sudah nikah”


“Bagaimana Awal proses sebelum pernikahan Anda Dan sampai sekarang ?”

Orang itu menjawab “Saya pacaran supaya mengetahui ada kecocokan, setelah saya merasa cocok terus tunangan tukar cincin, memenuhi tuntutan pihak perempuan dengan meminta mahar yang tinggi,


“Dalam Islam tidak ada kesempatan untuk berpacaran dan berpacaran hukumnya haram, Dalam peminangan biasanya ada tukar cincin sebagai tanda ikatan hal ini bukan dari ajaran Islam, Menurut Islam sebaik-baik mahar adalah yang murah dan mudah, tidak mempersulit atau mahal. Memang mahar itu hak wanita, tetapi Islam menyarankan agar mempermudah dan melarang menuntut mahar yang tinggi. Dengan banyak dalil-dalil yang menyatakan Tidak boleh Dan Ada yang haram atas semua itu dengan terang dalam Al-Qur’an Dan Al-Hadist yang shahih.


“Apakah dirayakan, bercampur baur laki-laki Dan perempuan, siapa saja yang Anda undang ?”

Orang itu menjawab “Di rayain dengan sederhana menurut Adat istiadat kami dengan musik-musiknya, di rayain di Rumah pihak perempuan. Tapi kami tidak standing party, kami menyediakan kursi bercampur baur, terus pernikahan kami banyak mengundang tetangga orang penting Dan kaya.


“Ajaran dan peraturan Islam harus lebih tinggi dari segalanya. Setiap acara, upacara dan adat istiadat yang bertentangan dengan Islam, maka wajib untuk dihilangkan. Umumnya umat Islam dalam cara perkawinan selalu meninggikan dan menyanjung adat istiadat setempat, sehingga sunnah-sunnah Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam yang benar dan shahih telah mereka matikan dan padamkan.

Sungguh sangat ironis...!. Kepada mereka yang masih menuhankan adat istiadat jahiliyah dan melecehkan konsep Islam, berarti mereka belum yakin kepada Islam. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?". (Qs. Al-Maaidah 50)

Orang-orang yang mencari konsep, peraturan, dan tata cara selain Islam, maka semuanya tidak akan diterima oleh Allah dan kelak di Akhirat mereka akan menjadi orang-orang yang merugi, sebagaimana firman Allah Ta’ala :

"Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi". (Qs. Ali-Imran 85)

Adapun bercampurnya laki-laki dan perempuan hingga terjadi pandang memandang, sentuh menyentuh, jabat tangan antara laki-laki dan wanita. Menurut Islam antara mempelai laki-laki dan wanita harus dipisah, sehingga apa yang kita sebutkan di atas dapat dihindari semuanya banyak mengandung maksiat kepada Allah. Jadi didalam bercampurnya laki-laki dan perempuan harus di hindari.

Perayaan memang Ada dua hukum wajib Dan sunnah, tapi sangat diusahakan sesederhana mungkin dan dalam walimah hendaknya diundang orang-orang miskin. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda tentang mengundang orang-orang kaya saja berarti makanan itu sejelek-jelek makanan. Sabda Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam:

“Makanan paling buruk adalah makanan dalam walimah yang hanya mengundang orang-orang kaya saja untuk makan, sedangkan orang-orang miskin tidak diundang. Barangsiapa yang tidak menghadiri undangan walimah, maka ia durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya". (HR. Shahih Muslim, Baihaqi dari Abu Hurairah)

“hendaknya yang diundang itu orang-orang shalih, baik kaya maupun miskin, bukan karena kaya Atau penting ukuran dunia, karena ada sabda Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam:

“Janganlah kamu bergaul melainkan dengan orang-orang mukmin dan jangan makan makananmu melainkan orang-orang yang taqwa". (HR. Shahih Abu Dawud, Tirmidzi, Hakim, Ahmad, dari Abu Sa’id Al-Khudri)


“Sekarang bagaimana Anda berkata dalam mulut anda bahwa Anda benar-benar Mencintai Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam Dan siap berkorbankan jiwa, raga Dan hartaku untuk Ajaran islam. Dari Awal proses sebelum pernikahan Anda Dan sampai sekarang Anda berkata dusta Atasnya ”

Orang itu berkata “Bagaimana bisa Anda menyatakan saya berdusta Atas Rasulullah padahal Rasulullah orang yang saya cintai, yang mana bayak kalangan Ustadz, atau da’i-da’i serta Ulama zaman sekarang Mereka memperbolehkan Dan Anak-anak mereka persis seperti semua yang saya lakukan dalam pernikahan.


“Dengan jelas banyak sekali dalil-dalil yang menyatakan Tidak boleh Dan Ada yang haram atas semua itu dengan terang dalam Al-Qur’an Dan Al-Hadist yang shahih. Apakah Anda mengikuti hawa nafsu Anda dengan mengikuti paham sesat Ustadz, atau da’i-da’i serta Ulama yang mengutamakan Akal Dan hawa nafsu, bukan dengan mengikuti dalil-dalil yang terang dalam Al-Qur’an Dan Al-Hadist yang shahih menurut pemahaman yang benar.

Anda pelajari dulu Dalil-dalil Al-Qur’an Dan Al-Hadist yang shahih yang nyata kebenarannya, Jangan Asal bertaqlid buta kepada Ustadz, atau da’i-da’i serta Ulama yang mengutamakan Akal Dan hawa nafsu, janganlah Anda sombong mengingkari, membelakangi, mengacuhkan Dalil-dalil yang Terang dalam Al-Qur’an Dan Al-Hadist yang shahih yang nyata kebenarannya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Telah ber firman : “
“Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; (Qs. Al Baqarah 87).

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Telah ber firman :
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu[*] dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.
(Qs. An Nisaa’ 115). [*] Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Telah ber firman :
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.”
(Qs Al Hasyr 7)

Ibnu Hajar berkata : “Sungguh sudah terkenal perbuatan shahabat dan tabi’in dengan dasar hadits ahad dan tanpa penolakan. Maka telah sepakat mereka untuk menerima hadits ahad.” Lihat Fathul Bari 13/234.


Ayat-Ayat yang mulia dari Al-Qur’an Dan Sunnah-sunnah Dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang mana kehidupan anda tersinggung oleh Ayat-Ayat yang mulia Dan Sunnah-sunnah yang shahih, yang kadang Anda mengingkarinya, jadi jangan begitu kelak Anda Akan tahu kerugian besar setelah kematian menjemput kita, Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.

Jadi bertaubatlah terus dengan memohon Ampunan, Rahmat, Dan Petunjuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Banyak Dalil-Dalil yang Terang Dalam Al-Qur’an Dan Al-Hadist yang shahih membantah penyimpangan Anda yang mengikuti hawa nafsu Dan salah menafsirkan kecintaan Anda Terhadap Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam, dengan mengikuti paham sesat Ustadz, atau da’i-da’i serta Ulama yang mengutamakan Akal Dan hawa nafsu semata. Perbanyaklah belajar memahami Al-Qur’an Dan Al-Hadist yang shahih dengan pemhaman yang benar. Semoga Allah mengampunimu Dan memberkahimu.”

Orang itu berkata “Ya, Saya Akan terus bertaubat dengan memohon Ampunan, Rahmat, Dan Petunjuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Berusaha mencintai Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam dengan menjalankan Perintah-perintahnya Dan menjauhi Larangan-larangannya dengan mengikuti pemahaman Al-Qur’an Dan Al-Hadist yang shahih dengan pemahaman yang benar.


Minggu, 31 Oktober 2010

Bingkai Kehidupan – Shoutul Harokah

Mengarungi samudera kehidupan
kita ibarat para pengembara
hidup ini adalah perjuangan
tiada masa tuk berpangku tangan

setiap tetes peluh dan darah
tak akan sirna di telan masa
segores luka di jalan Allah
kan menjadi saksi pengorbanan

Allah ghoyatuna, arrosul qudwatuna
Alqur’an dusturuna, aljihad sabiluna
Almautu fi sabilillah, asma’ amanina

Allah adalah tujuan kami
Rasulullah teladan kami
Alqur’an pedoman hidup kami
jihad adalah jalan juang kami
syahid di jalan Allah adalah cita2 kami tertinggi

Rabu, 27 Oktober 2010

kenapa ber ane-antum ???

Jazakallah khoir akhi…”
Afwan jiddan ane telat!”
Tafadhol dimulai saja”
Antum kemana saja?”

Sering mendengar gaya-gaya bicara seperti itu? Bahasa arab campur-campur. Bagi teman-teman yang aktif pada kegiatan-kegiatan dakwah Islam tentunya sudah tidak asing lagi. Gaya bicara seperti itu seolah sudah menjadi sebuah budaya yang mewarnai aktifitas para aktifis dakwah.

Namun, sebagian orang menanggapi dengan skeptis tentang hal ini. Mereka berkata “Ngapain sih sok-sok arab segala?”. Dan komentar-komentar lain yang maksudnya menganggap gaya bicara seperti itu hanyalah sok arab, sok alim, sok anak rohis, atau sok agamis.

Saat orang-orang lebih nyaman dengan gaya gua-elu, dab, coy, aku, kamu, anda beberapa teman aktifis dakwah lebih suka ber-ane-antum. Bukan tanpa alasan tentu. Ketahuilah, bahwa membiasakan berkomunikasi dengan bahasa arab adalah amalan yang baik. Perhatikan penjelasan berikut ini.

Mempelajari Al-Qur’an itu wajib. Semua sepakat. Allah berfirman:

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya. Dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran dapat mengambil pelajaran” (QS.Shood : 29)

Namun Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa arab, dan bahasa arab bukanlah bahasa kita sehari-hari. Maka wajib bagi setiap muslim yang beritikad untuk mempelajari Qur’an untuk belajar bahasa arab. Karena tidak akan mungkin seseorang dapat mempelajari Qur’an dengan sempurna dengan terjemahan. Dan tidak akan mungkin seseorang dapat mempelajari Qur’an dengan sempurna, kecuali dengan mempelajari bahasa arab. Maka bila ada suatu ibadah wajib yang hanya bias dilakukan dengan suatu sarana, maka sarana tersebut hukumnya wajib pula. Dan kemudian, salah satu kiat untuk menimbulkan semangat dan menguasai bahasa arab adalah dengan membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka para ulama pun berpendapat, membiasakan diri dengan bahasa arab adalah amal yang baik, sekaligus merupana syiar Islam di masyarakat. Seperti yang dikatakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah, beliau berkata “Tidak ada jalan lain untuk memahami agama ini kecuali dengan memahami bahasa ini. Maka, memahami bahasa arab adalah termasuk bagian dari agama. Membiasakan berkomunikasi dengan bahasa arab akan memudahkan dalam memahami agama ini dan lebih memudahkan untuk menyebarkan syiar-syiar Islam. Serta lebih dekat untuk mencontoh generasi awal umat ini dari kaum Muhajirin dan Anshar dalam seluruh urusan-urusan mereka(Syarh Al Iqtidhoo’ Shiroothol Mustaqiim, hal 211-212)

Selasa, 10 Agustus 2010

akhwat yang hilang....

Duhai akhwat idaman, dimanakah kau kini berada? Aneh, mengapa kini aku terlalu sering menemukanmu dimana-mana, apakah kau tak lagi menjadi idaman para pengidam kesucian, tak lagi special, bak bidadari syurga yang hadir di bumi, tak pernah tersentuh jin dan manusia.

Tak kubayang, akhwatku hilang, tak lekang, dimakan jaman yang garang. Dulu kau tak terlihat, tapi aku tak perlu mencari-cari dirimu. Karena aku yakin kau ada, seperti keyakinanku beriman kepada yang ghoib. Semakin ghoib, semakin indah, semakin beriman. Wuih. Subahanallah.

Tapi kini kau tak lagi ghoib, kau begitu menyebar, kau begitu visual, kau begitu obral, sehingga justru aku kehilanganmu di antara kerumunanmu. Terlihat tapi tak terlihat, tak terlihat justru terlihat.

Duhai akhwatku, yang cantik menawan iman. Ketahuilah bahwa semakin ghoib dirimu maka semakin besar energi dirimu, sehingga semakin besar kualitas keakhwatanmu, maka semakin aku merindukanmu. Kami menyayangimu. Sayang sekali jika kau tak menyayangi dirimu sendiri lagi; dalam kekhawatiranmu yang berlebihan pada Tuhan.

Ku tahu kau berhijab dalam hizibmu. Tapi mengapa harus kau lupakan inti perjuanganmu, apakah karena hizibmu tidak lagi tegas padamu. Apakah identitasmu harus bergantung pada identitas hizibmu yang mulai teragu?

Ku yakin, kau tahu bahwa kau bagai perhiasan di mata ikhwan atau kawan. Dan karakter dari perhiasan adalah butuhnya sebuah atau banyak perhatian. Yang memperhatikan nikmat, yang diperhatikan bahagia. Dan biasanya perhiasan eksklusif berkarakter : diam, tersembunyi, dijaga ketat, personal & privacy, dan hanya orang-orang yang sudah menunaikan akad “jual beli” yang boleh memakainya. Kecuali perhiasan murahan, tak perlu akad spesial pun sudah bisa dipakai siapapun …. lalu menjadi manusia terbuang…na’udzubillahi min dzalik.

Duhai akhwat budiman kekasih ikhwan beriman, perhatikanlah bahwa kau adalah perhiasan terindah. Bisakah kau bayangkan, bahwa perhiasan itu “diam”nya saja sudah indah dan menggoda. Maka apa yang terjadi jika engkau pun bergerak – kesana kemari- sehingga mata ikhwan memandangmu, sengaja tidak sengaja, sebab syaitan itu cerdas dan waras. Sedangkan ikhwan itu cerdas tapi terbatas. Karena ikhwan itu terbatas, maka kau harus membatasi diri dari pandangannya, agar syaitan usahanya pun terbatas menggoda manusia beriman, akhwat dan ikhwan.

Kuharap kau lebih banyak diam yang penuh gerakan, daripada gerakan yang membuat ikhwan terdiam. Pahamkah maksudku? Kau begitu indah untuk tidak diperhatikan, perhiasan itu begitu banyak yang memperhatikan, kadang saling bersaing antara satu perhaiasan dengan perhiasan lainnya, bersaing untuk diperhatikan… tentu saja karena adanya perhatian. Perhatian hadir karena adanya sumber perhatian dan adanya yang memperhatikan.

Fokus dakwah pun kadang berubah, bahasan bab menikah dan poligami lebih menjadi perhatian daripada bagaimana cara memperjuangkan dakwah ini, dan mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah, Ilahi Robbi?

Duhai akhwat, kau bukan syahwat; ku tak menyalahkanmu, tapi marilah mulai hari ini sama-sama kita mengambil porsi yang tidak melampaui suci. Sebab akhwat itu wanita, dan wanita itu makhluk indah sejati yang penuh perasaan, maka perlu diberikan banyak batasan. Agar perasaannya tidak meluap dan tumpah di sembarang nyawa. Jika satu atau dua batasan sudah mulai dianggap tak membatasi, maka berkhawatir dirilah jika engkau kesulitan mengontrol perasaanmu yang agung itu….

Wahai akhwat sejati, bukanlah karena cantikmu engkau diperhatikan, tapi karena diperhatikanlah engkau menjadi cantik. Berterimakasihlah kepada orang-orang yang memperhatikanmu, dan bersyukurlah kepada Allah agar DIA tetap memperhatikanmu. Kalau Allah yang memperhatikanmu, maka para ikhwan beriman pun insya Allah tak sungkan tuk memperhatikanmu. Tapi kalau perhatian manusia yang engkau kejar, maka kemanakah kau tempatkan perhatian Tuhanmu, dari hatimu yang agung, wahai calon ibu, wanita yang paling perhatian….dan butuh perhatian. Harus diperhatikan.

"Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap". { Q.S. Al-Insyiroh (94) : 8}

****

mindah dari: http://www.adz-dzikru.com/index.php/joomla-overview/artikel-dan-lain-lain/64-akhwat


***



Kisah Nyata : Aku Datang Maisya!!

Aku telah dilanda keinginan mengebu untuk menikah. Bahkan sudah kujalani semua cara agar cepat bisa melaksanakan sunah Rasul yang satu ini. Malah aku selalu mengimpikannya di tiap malam menjelang tidur.

Gadis yang kuidamkan sejak kecil, bahkan menjadi teman main bersama, ternyata dinikahi orang lain. Padahal dia sudah ngaji. Sedih juga rasanya. Ada juga yang aku dapatkan dari orang yang aku kenal baik, dan sudah kujalani “prosedurnya”. Tapi ternyata kandas karena aku dinilai masih terlalu muda untuk menikah.

Akhirnya , aku kenal dengan seseorang yang sesuai dengan kriteria. Aku mengenalnya dengan perantaraan teman dekatku. Jujur saja, aku telah mendapat biodatanya, juga gambaran wajahnya. Langsung saja kukatakan pada teman dekatku bahwa aku sangat-sangat setuju.

“Eh, ente (kamu) harus ketemu dulu dan tahu dengan baik siapa dia,” kata temanku.

Tapi kujawab enteng, “Tapi ane (aku) langsung sreg kok”.

“Ya sudah, terserah ente aja lah,” sahut temanku sambil geleng-geleng kepala.

Karena aku yakin pacaran jelas-jelas dilarang dalam Islam sebab hal itu adalah jalan menuju zina, aku pun tak menjalaninya. Jangankan zina, hal-hal yang akan mengarahkan kepadanya saja sudah dilarang. Oleh karena itu, aku hanya menunggu waktu kapan ada pembicaraan awal antara aku dan Maisya (akhwat incaranku itu). Sabar deh, sementara ikuti saja seperti air mengalir.

Lewat kurang lebih 2-3 minggu mulailah terjadi pembicaraan antar aku dan Maisya. Ketika kuberanikan diri memulai pada poin yang penting yaitu mengungkapkan niatku untuk menikahinya, apa jawabnya? Aku disuruh menghadap murabbinya (guru/pembimbing).

“Kenapa tidak ke orang tua Maisya saja?” tanyaku.

“Tidak, pokoknya akhi (saudara lelaki) harus ketemu dulu sama Murabbi saya.” jawabnya.

Aku baru tahu, ada seorang akhwat ketika ada yang ingin menikahinya disuruh menghadap Murabbinya, bukan orang tuanya. Padahal, di antara birrul walidain adalah menjadikan orang tua sebagai orang yang pertama kali diajak diskusi tentang pernikahan, bukan gurunya, ustadznya, atau siapa pun. Barulah kutahu itu merupakan kebiasaan akhwat-akhwat tarbiyah (pergerakan).

***

Aku catat alamat murabbi (MR) yang Maisya sebutkan. Pada hari Ahad kuajak 2 teman dekatku untuk menemani ke rumah sang MR. Dengan sedikit kesasar akhirnya sampailah kami di rumahnya. Tapi setelah pencet tombol tiga kali dan “Assalamu’alaikum” tiga kali tak dibuka, kami pun pulang dengan agak kecewa, sebab siang itu adalah jam 2, saat matahari sangat terik menyengat.

Kutelepon Maisya bahwa aku tak bisa ketemu MR-nya. Maisya membolehkanku hanya dengan menelepon MR. Malam itu juga aku pun menelepon dan alhamdulillah nyambung. Aku ditanya segala macam yang berkaitan dengan agama. Dari masalah belajar, kerja, ngaji, tarbiyah, murabbi-ku, ustadz yang sering kuikuti kajiannya, sampai buku-buku yang sering kubaca. Juga, pertanyaan-pertanyaan tambahan lainnya.

Dengan polos dan santai kujawab pertanyaan-pertanyaan itu. Yang membuatku heran, ketika kusebutkan nama ustadz-ustadz yang sering kuikuti kajiannya sampai, nada MR agak beda dari awal pembicaraan. Terutama ketika kusebutkan kitab-kitab yang sering

kujadikan rujukan dalam memahami agama. Aku belum tahu kenapa bisa begitu.

Kuceritakan pembicaraan itu pada teman dekatku. Ternyata temanku menjawab dengan nada menyesal.

“Aduh, kenapa tidak bicarakan dulu denganku. Ente tahu? Kalau akan menikahi akhwat tarbiyah sedang ente tidak ikut dalam tarbiyah atau liqa’ tertentu dan punya MR, maka ente otomais akan ditolak. Apalagi ente sebutkan nama-nama ustadz, buku-buku dan para syeikh Timur Tengah, bakalan ditolak deh, itu sudah ma’ruf (populer).”

“Lho kan ane jawab jujur, saat ini ane tidak ikut tarbiyah, atau apa namanya tadi, liqa’? Ya memang aku tak ikut. Ane juga nggak punya MR dong. Oo.., jadi begitu ya?” aku hanya melongo.

***

Beberapa hari kemudian, aku dapat telpon dari Maisya yang menjadikan hatiku sedikit hancur.

“Assalamu’alaikum, akhi saya sudah mempertimbangkan semuanya, mungkin Allah belum menakdirkan kita berjodoh. Semoga kita sama-sama mendapatkan yang terbaik untuk pasangan kita, saya minta maaf, kalau ada kesalahan selama ini, Assalamu’alaikum,”

“Kletuk, nuut nuut nuut” terdengar suara gagang telpon ditutup dan nada sambung terputus.

Aku masih memegang gagang telepon dan hanya bisa melongo mendapat jawaban tersebut. Kutaruh gagang telpon dengan lunglai. “Astagfirullah,” kusebut kata-kata itu berulang kali. Apa yang harus kuperbuat? Tak tahu harus bagaimana. Tapi sohib dekatku

yang dari tadi memperhatikanku waktu menelepon nyeletuk .

“Ditolak ya? Udah deh, kan masih banyak harem (wanita) lain, ngapain ngejar-ngejar ngapain ngejar-ngejar yang sudah jelas-jelas nolak.”

Aku jawab saja dengan ketus, “Ane belum nyerah, karena ada janggal dalam pemolakan it, ane belum yakin dia menolak, akan ane coba lagi”.

“Udah deh jangan terlalu PD,” sahut sohibku.

Ternyata bener juga kata temanku itu, jawaban-jawabanku kepada MR menyebabkan aku ditolak oleh Maisya. Aku dipandang beda manhaj dalam memahami Islam, padahal yang kusebutkan waktu menjawab pertanyaan tentang buku-buku rujukan adalah Fathul Majiid, Al-Ushul Al-Tsalatsah, dan kitab-kitab karya Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim, Syeikh Abdul Aziz bin Baz, Syeikh Muhammad Shalih Utsaimin, yang semuanya aku tahu bahwa mereka selalu mendasarkan bahasannya kepada dalil-dalil yang shahih.

Hatiku sudah terlanjur cocok sama Maisya. Jujur aku sudah merasa sreg sekali kalau Maisya jadi pendamping hidupku. Tapi aku ditolak. “Apa yang harus kuperbuat?” kataku dalam hati. Menyerah kemudian mencari yang lain? Baru begitu saja kok nyerah.

Tanpa sepengetahuan sohibku, kutulis surat ke orangtua Maisya. Yang kutahu bahwa dia hanya punya ibu. Bapaknya sudah meninggal saat Maisya berumur 8 tahun. Kutulis surat yang isinya kurang lebih tentang proses penolakan itu. Juga janjiku jika ditolak oleh ibunya, maka aku akan menerima dan tak akan menghubunginya lagi.

Dengan penuh harap kukirim surat tersebut, tak disangka ternyata surat itu sampai di tangan Maisya dan dibacanya. Alamak, kenapa bisa begitu? Untuk beberapa hari tidak ada respon. Gundah gulana pun datang. Apa yang harus kulakukan?

Kuputuskan untuk mengirim surat ke Maisya langsung. Semuanya aku ungkapkan dengan bahasa setengah resmi tapi santai. Aku memang sedikit ndableg. Di penghujung surat tersebut kukatakan, “Kalau memang Allah takdirkan kita tidak jodoh, saya punya satu permintaan, tolonglah saya untuk mendapatkan pendamping dari teman-teman Maisya yang Maisya pandang pas untuk saya, minimal yang seperti Maisya.”

Kupikir Maisya akan “tersungkur” dengan membaca suratku yang panjang lebar. Aku berpikir seandainya ada orang membaca suratku, pasti akan mengatakan “rayuan gombal!”. Tapi jujur saja, itu berangkat dari hatiku yang paling dalam.

Surat kedua itu, qadarallah ternyata malah diterima dan dibaca oleh ibu Maisya dan kakak perempuannya. Nah, dari situkah terjadi kontak antara aku dan keluarganya. Tak disangka-sangka kudapat telpon dari kakak perempuan Maisya, Kak Dahlia (tentu saja bukan nama asli). Kak Dahlia menelepon dan memintaku untuk datang ke rumahnya guna klarifikasi surat tersebut.

***

Seminggu kemudian kupeniuhi undangan itu. Setelah bertemu dan “sesi tanya-jawab” , dengan manggut-manggut akhirnya Kak Dahlia angkat bicara,

“Baiklah, kakak sudah dengar cerita kamu, saya heran kenapa Maisya menolakmu, ya?

Padahal menurut hemat kakak, kamu pantas diterima kok”.

Hatiku berbunga-bunga mendengarnya,. Tapi langsung surut lagi karena pernyataan itu datang dari Kak Dahlia bukan Maisya. Aku sedikit senyum kecut menanggapi omongan kak Dahlia.

“Begini aja deh, kamu sekarang pulang dulu. Biar nanti kakak dan Umi yang akan rayu

Maisya. Pokoknya kamu banyak doa aja. Pada dasarnya kami setuju kok sama kamu.”

Aku izin pulang dengan sedikit riang gembira. Mulutku hanya bergumam penuh doa, semoga Allah mengabulkan cita-citaku. Kira-kira 2 minggu setelah itu kudapat telpon lagi dari Kak Dahlia agar aku ke rumahnya. Dia bilang aku harus bertemu langsung dengan Maisya. Hatiku pun berdebar. Dengan sedikit gagap aku iyakan undangan itu. “Besok deh Kak, insyaAllah saya datang,” jawabku.

Aku duduk di kursi ruang tamu yang sama untuk kedua kalinya. Sedikit basa-basi Kak Dahlia mengajakku ngobrol tentang hal-hal yang belum ditanyakan pada pertemuan sebelumya. Kurang lebih 10-15 menit Kak Dahlia memanggil Maisya agar ke ruang tamu menemuiku. Dadaku berdegub. Inilah saatnya aku nadhar (melihat) bagaimana rupa Maisya yang sebenarnya. Apa sama seperti yang kubayangkan sebelumnya?

Jangan-jangan tidak sama. Lebih jelek atau bahkan lebih cakep dari aslinya. Tunggu saja deh.

Tidak lama kemudian keluarlah sosok makhluk Allah yang bernama Maisya. Aku tetap menjaga pandanganku. Tapi jujur saja, tak kuasa kucuri pandang untuk yang pertama kalinya. Bahkan seharusnya untuk acara nadhar biasanya lebih dari mencuri pandang, karena memang dianjurkan oleh Rasulullah. Tapi bagiku sangat cukup melihatnya sekali-kali. Aku hanya bisa mengatakan dalam hatiku tentang Maisya, subhanallah! Aku tak bisa ceritakan kepada pembaca karena itu hanya untukku saja.

Tak sadar keringat dingin mengalir dari pelipis. Ada apa gerangan? Kenapa rasanya agak grogi? Ah, aku harus teguh dan tangguh hadapi semua ini. Obrolan pun mulai bergulir. Dari mulai pertanyaan-pertanyaan agama secara umum sampai diskusi tentang kerumahtanggaan. Kurang lebih satu jam aku di rumah itu. Aku pun pamit sambil memberikan hadiah-hadiah buku-buku kecil tentang agama.

Di bus kota aku senyum-senyum sendirian. Seakan-akan bus itu adalah bus patas AC padahal sebenarnya hanya bus ekonomi yang panas dan penuh asap rokok. Tapi semua itu tidak kurasakan. Kuberdoa semoga rayuan Kak Dahlia berhasil.

Ternyata benar, beberapa hari kemudian aku ditelepon Maisya, kali ini menanyakan kelanjutan proses kami kemarin. Kujawab jika dibolehkan akan kuajak keluargaku di waktu yang kutentukan. Di penghujung pembicaraan, Maisya setuju dengan tawaranku.

Kutanya ke sana ke mari tentang barang-barang apa yang pantas dibawa ketika meng-khitbah seorang wanita. Kubeli sebuah koper kecil dan kuisi dengan barang-barang seperti bahan pakaian, komestik, sepatu, dan sebagainya. Tak lupa aku bawakan buah-buahan seadanya. Hal ini sebenarnya sudah kutanyakan kepada Maisya, tapi Maisya hanya menjawab terserah aku mau bawa apa saja pasti dia akan terima. Duh…, senangnya.

Sebelumnya aku lupa, ternyata Maisya masih punya darah Arab dari ibunya. Bahkan, ibunya punya nasab Arab yang dikenal di Indonesia sebagai Habib (Orang Arab yang mengaku punya garis nasab langsung dengan Rasulullah). Padahal setahuku Rasulullah tak punya keturunan laki-laki yang kemudian punya anak. Yang ada hanya Fatimah yang diperistri oleh Ali bin Abi Thalib. Sedangkan dalam Islam, darah nasab hanya sah dari garis bapak atau lelaki. Jadi, mungkin yang dimaksud mereka adalah keturunan dari Ali bin Abi Thalib.

Satu hal yang perlu diketahui, bahwa dalam adat orang Arab terutama golongan Habaib atau Habib, wanita mereka pantang dinikahi oleh non Arab. Bahkan, sebagian mengharamkannya. Alasan yang populer adalah mereka merasa lebih mulia dari keturunan non Arab. Bahkan, sebagian mengharamkannya. Aku pun harus siap dengan apa yang akan aku hadapi nanti. Bisa jadi ditolak atau tidak. Dan yang ada di depan mataku adalah ditolak.

Aku datang sekeluarga dengan naik Taksi. Aku tidak punya mobil. Dari mana aku punya mobil sedangkan aku baru bekerja setahun? Sambutan hambar kudapatkan ketika memasuki ruang tamu. Di situ sudah hadir ibu-ibu yang merupakan keluarga besar dari ibu Maisya. Anehnya,di acara itu tidak hadir laki-laki dari pihak keluarga besar Maisya.

Kemudian acara dilanjutkan dengan saling memberi sambutan. Namun yang kutunggu hanya momen di mana Maisya menerima lamaranku dari mulutnya sendiri. Saat itu pun tiba. Dengan agak malu-malu dan terbata-bata Maisya menerima lamaranku.

Diakhir acara ketika hari penentuan hari “H” dan bentuk acaranya. Ada salah satu dari anggota keluarga Maisya yang menanyakan uang untuk walimah nanti. Aku hanya menjawab bahwa hal itu sudah kubicarakan dengan Maisya. Tapi dia memaksaku untuk menyebutkan jumlahnya. Aku tetap tak mau menyebutkan. Rupanya orang tadi kecewa berat dengan jawabanku.

Setelah acara selesai, aku pamit. Sedikit lega kulalui detik-detik mendebarkan. Aku bersyukur kepada Allah yang meloloskan diriku pada babak berikutnya dalam usaha mengamalkan sunah Rasulullah yang mulia ini.

Ternyata ujian belum selesai juga. Maisya didatangi keluarga besarnya dengan membawa lelaki yang akan dijodohkan dengannya. Lamaranku ditimpa oleh lamaran orang lain.

Orang yang akan dijodohkan dengan Maisya masih punya hubungan keluarga. Mereka datang dengan mobil, membawa makanan banyak sekali, uang lamaran, dan juga perhiasan.

Apa yang kubawa kemarin tidak ada apa-apanya dibanding dengan yang dibawa pelamar kedua ini. Tapi subhanallah, apa yang Maisya lakukan? Maisya tak mau menemuinya. Maisya tak menerima lamarannya.

Bahkan setelah rombongan itu pulang dan meninggalkan bawaan mereka sebagai lamaran untuk Maisya, apa yang Maisya lakukan? “Kembalikan semua barang bawaannya dan jangan ada yang menyentuh walau untuk mencicipi makanan, kembalikan dan jangan ada yang tersisa di rumah ini.” Aku dapatkan cerita ini dari kak Dahlia yang meneleponku.

Mendengar semua ini, tak terasa air mataku menetes membasahi pipiku. Padahal aku adalah lelaki yang selama ini selalu berpantang untuk menangis. Saat itulah aku mulai yakin bahwa Maisya harus kudapatkan, sekali pun harus menghadapi hal-hal yang menyakiti hatiku.

***

Beberapa hari kemudian aku mendapat telepon dari seorang ibu yang mengaku bibi Maisya. Ketika kutanya namanya dia tak mau menyebutkan. Malah dia nyerocos panjang lebar tentang acara lamaranku kepada Maisya. Dengan nada sinis dan tinggi dia mulai merayuku untuk membatalkan lamaranku. “Saya kasih tau ya! Kamu kan baru bekerja belum satu tahun, belum punya rumah dan mobil. Sedangkan Juli Jajuli (bukan nama asli) kan sudah punya kerjaan, rumah besar, mobil ada dua. Jadi, kamu batalkan lamaran. Biar Maisya menerima lamaran Jajuli. Kamu kan bisa cari yang lain.”

Hhh! Betapa mendidih mendengar ocehan sinis itu. Tapi aku langsung kontrol diri. Aku jawab dengan suara pelan dan sopan bahwa aku akan terima hal itu dengan ikhlas tanpa ada paksaan dari siapa pun. Sebelum kudengar langsung dari mulut Maisya, aku tak akan pernah membatalkan lamaranku. Gubrakkkk!, terdengar suara gagang telepon dibanting, padahal jawabanku belum selesai.

Suatu hari di tengah kesibukanku, datanglah seorang wanita sekitar umur 25-30 tahun ke kantorku. Tanpa permisi dan sopan santun dia menghampiriku, “Kamu yang melamar Maisya? Kamu tuh ga tahu diri ya? Belum jadi menantu saja sudah belagu,” cerocosnya.

“Mohon tenang dulu, apa masalahnya? Ayo kita duduk dulu di sini jelaskan dengan pelan,” sambutku dengan sabar.

“Kamu tuh kalo ngasih alamat yang jelas, biar mudah dicari, saya sudah muter-muter mencari alamatmu tapi ternyata tidak ketemu-ketemu, apa kamu mau mempermainkan kami?” tukasnya sambil menunjukkan kartu namaku.

“Apa tadi ente tidak tanya sama orang-orang?” tanyaku.

“Tidak!” jawabnya ketus.

“Ya jelas pasti kesasar, seharusnya ente tanya-tanya dong,” sahutku.

“Aaah udah deh jangan banyak alasan,” jawabnya. “Eh aku kasih tau ya, kau tuh jangan pernah macam-macam dengan keturunan Nabi, kuwalat loh!”, ancamnya.

Dengan sedikit senyum kujawab ancamannnya, “Kalo Nabi punya keturunan seperti ente, pasti Nabi akan sangat marah pada ente. Wanita kok pakai celana jeans, kaos ketat, dan tidak berjilbab. Nabi tentu akan malu jika punya keturunan seperti ente.” Wanita itu kabur sambil ngomel-ngomel entah apa yang dia katakan.

Kejadian itu membuat hatiku semakin was-was dan khawatir. Kalau demikian dengkinya mereka dengan pernikahanku bersama Maisya, maka bisa jadi mereka akan lebih jauh lagi dalam memberikan “teror”. Akankah mereka menghalangiku sampai pelaksanaan hari “H”? Wallahu a’lam.

Yang jelas sebelum aku tanda tangan surat nikah yang disediakan penghulu, maka aku belum bisa menentukan bahwa Allah takdirkan aku menikahi Maisya. Semuanya bisa terjadi. Sabarkanlah diriku ya Allah.

Dari telepon pula aku tahu bahwa Maisya sempat disidang oleh keluarga besarnya untuk membatalkan pernikahan denganku. Tapi dia lebih memilih akan kabur dari rumah dan tetap menikah denganku. Padahal keluarganya memberi pilihan: batal nikah atau putus hubungan keluarga.

***

Undangan mulai kucetak. Sederhana sekali karena aku memang tidak punya biaya banyak untuk pernikahan ini. Aku tidak punya saudara di kota tempat Maisya tinggal. Jadi undangan yang banyak hanya untuk keluarga, tetangga, dan kenalan Maisya.

Hari H semakin dekat. Persiapan juga semakin matang. Aku terharu lagi ketika ditanya,

“Akhi siapnya ngasih berapa untuk persiapan ini? Tapi jangan merasa berat dan terpaksa, kalau tidak ada ya nggak apa-apa.” Aku hanya bisa tergagap menjawabnya. Ku katakan bahwa aku akan mendapat sumbangan dari kantorku tapi perlu proses untuk cair, jadi sementara aku hanya bisa beri sedikit. Itu pun sudah kupaksakan pinjam ke sana-sini.

Tapi Maisya menyambut hal itu dengan tanpa cemberut sedikitpun. Subhanallah.

Panitia pernikahan dari ikhwan sudah aku siapkan. Aku bertekad bahwa pernikahan ini harus seislami mungkin, di antaranya memisahkan antara tamu pria dan wanita walau mungkin akan mendapatkan respon yang bermacam-macam. Aku tak peduli.

Keluarga Maisya pun tak tinggal diam. Di antara mereka ada yang memintaku agar busana Maisya pada saat penikahan nanti adalah busana pengantin pada umumnya. Astaghfirullah, usulan yang sangat berlumuran dosa. Jelas kutolak mentah-mentah.

Ada juga yang nyeletuk agar pernikahan kami dihibur dengan orkes atau musik gambus dan yang sejenisnya. Tapi itu pun aku tolak. Ternyata sampai mendekati hari H pun aku harus beradu urat syaraf dengan mereka.

Tibalah saatnya kegelisahanku yang paling dalam. Aku sedang berpikir bagaimana jadinya jika ada yang mengacaukan pernikahanku. Aku punya seorang saudara marinir. Aku telepon dia dan kuwajibkan datang. Kalau perlu pakai seragam resmi lengkap. Aku akan jadikan dia sebagai pengamanan tambahan. Karena pengamanan Allah lebih kuat, bahkan tidak perlu ada pengamanan tambahan. Itu hanya ikhtiar saja. Malam hari “H” dia datang dan siap menghadiri acara nikah besoknya.

Aku minta bantuan teman lamaku untuk mengantarku pakai Kijang. Teman senior kantorku yang sudah aku anggap orang tuaku juga siap mengantar pakai Panther, bahkan dialah yang akan memberi sambutan dari pihak mempelai pria.

Dengan sedikit gemetar dan mata sedikit basah, aku lalui proses ijab kabul yang sederhana tanpa disertai ritual-ritual yang tidak ada dasarnya seperti sungkem, injak telor, membasuh kaki, dan sebagainya.

Tangisku meledak ketika berdua dengan Maisya untuk pertama kalinya. Tangis makin dahsyat saat aku menghadap ibuku. Kupeluk erat-erat ibuku, kakakku, dan saudara yang mendampingiku.

Subhanallah, aku sudah menjadi seorang suami. Aku menjadi kepala keluarga yang didampingi oleh Maisya yang aku dapatkan dengan “darah dan air mata”. Akhirnya kulalui rumah tangga ini dengan segala bunga rampainya sampai dikaruniai beberapa anak yang lucu-lucu. Semoga dapat aku lalui kehidupan ini dengan diiringi bimbingan dari yang Maha membolak balikkan hati, sehingga hatiku tetap teguh dengan agama-Nya.


Suami Maisya

Diambil dari Buku “Semudah Cinta Di Awal Senja” Terbitan Nikah Media Samara

do'a quu

Ya Rabbi,

Aku berdoa untuk seorang pria, yang akan menjadi bagian dari hidupku. Seorang pria yang sungguh mencintaiMU lebih dari segala sesuatu.

Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau. Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMU.

Seorang pria yang mempunyai sebuah hati yang sungguh mencintai dan haus akan Engkau dan memiliki keinginan untuk menauladani sifat-sifat Agung-Mu.

Seorang pria yang mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup, sehingga hidupnya tidaklah sia-sia. Seorang pria yang memiliki hati yang bijak bukan hanya sekedar otak yang cerdas.

Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tetapi juga menghormati aku.
Seorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi dapat juga menasehati ketika aku berbuat salah.
Seorang pria yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tetapi karena hatiku.

Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam tiap waktu dan situasi.
Seorang pria yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika berada disebelahnya.

Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya.
Seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya.
Seorang pria yang membutuhkan senyumanku untuk mengatasi kesedihannya.
Seorang pria yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna.

***

Dan aku juga meminta:

Buatlah aku menjadi seorang perempuan yang dapat membuat pria itu bangga.
Berikan aku sebuah hati yang sungguh mencintaiMU, sehingga aku dapat mencintainya dengan cintaMU, bukan mencintainya dengan sekedar cintaku.

Berikanlah SifatMU yang lembut sehingga kecantikanku datang dariMU bukan dari luar diriku.
Berilah aku tanganMU sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya.

Berikanlah aku penglihatanMU sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dalam dirinya dan bukan hal buruk saja.
Berikan aku mulutMU yang penuh dengan kata-kata kebijaksanaanMU dan pemberi semangat, sehingga aku dapat mendukungnya setiap hari, dan aku dapat tersenyum padanya setiap pagi.

Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku berharap kami berdua dapat mengatakaan "Betapa besarnya Engkau karena telah memberikan kepadaku seseorang yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna".

Aku mengetahui bahwa Engkau menginginkan kami bertemu pada waktu yang tepat dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang Kau tentukan.



afwan seandainya do'a ini "plagiat",,,

Rabu, 04 Agustus 2010

menunggu...

isi hati seorang akhwat:

Bismillah…
Izinkan aku bicara dari hati seorang wanita, yang mungkin bisa mewakili suara saudara-saudaraku, para akhwat pada umumnya.
Proses ’ta’aruf’ merupakan suatu proses awal menuju proses selanjutnya, yaitu khitbah dan akhirnya sebuah pernikahan. Memang tidak semua sukses sampe tahap itu. Sang Sutradaralah yang mengatur. Semua adalah skenario dan rekayasaNya. Manusia hanya berencana dan ikhtiar, keputusan tetap dalam genggamanNya. Tapi kita manusia juga diberi pilihan. Hidup adalah pilihan. Mau baik ato buruk, mau syurga or neraka, mau sukses ato gagal, semua adalah pilihan. Namun tetap Allah Yang Maha Menentukan.

Aku ingin titip pesan pada para ikhwan yang sdh memutuskan hendak melontarkan perkataan ’ta’aruf’ pada seorang akhwat;
Bagi para ikhwan, pikirkanlah baik-baik, matang-matang, dan masak-masak sebelum menawarkan sebuah jalinan bernama ta’aruf. Jangan mudah melontarkannya jika tak ada komitmen dan kesungguhan untuk meneruskannya. Mengertilah keadaan akhwat. Antum tahu, bahwa sifat kaum hawa itu lebih sensitif. Akhwat mudah sekali terbawa perasaan. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, akhwat adalah makhluk yang kadang mudah sekali GeEr, suka disanjung, suka diberi pujian apalagi diberi perhatian lebih.

Jadi saat kata ta’aruf atau mungkin khitbah itu keluar dari lisan seorang lelaki baik dan sholih seperti antum, tak ada alasan bagi akhwat untuk menolak. Karena jika akhwat menolak tanpa alasan yang jelas, maka hanya fitnah yang ada. Jadi, tolong tanyakan lagi pada diri antum, apakah kata-kata itu memang keluar dari lubuk hati antum yang terdalam? Apakah antum sudah memohon petunjuk kepada yang Maha Menguasai Hati? Apa antum benar-benar siap (ilmu, iman, mental, fisik, materi, dll) untuk menjalin ikatan suci bernama pernikahan? Sekali lagi, berhati-hatilah dengan kata ta’aruf. Karena ta’aruf adalah gerbang menuju pernikahan.

Proses ’ta’aruf’ menuju pernikahan memerlukan sebuah rentang waktu tertentu. Bila diibaratkan ta’aruf adalah pintu halaman ruman antum dan pernikahan adalah pintu rumah antum, kemudian timbul pertanyaan, berapa jauhkah jarak pintu gerbang menuju pintu rumah antum? padahal selama perjalanan akan banyak cobaan menghadang. Bunga-bunga indah di halaman rumah antum bisa membuat akhwat terpesona. Kolam ikan yang indah juga membuat akhwat terlena. Ingin sekali akhwat memetiknya, ingin sekali akhwat berlama-lama di sana menikmati keindahan dan kenikmatan yang antum sajikan. Tapi tdk berhak, karena belum mendapat izin dari si empunya rumah.

Akhwat ingin segera mencapai sebuah keberkahan, tapi di tengah jalan antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat akhwat lupa akan tujuan semula. Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan akhwatpun menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi setelah akhwat mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata pintu rumah antum masih tertutup. Bahkan antum tak berniat membukakannya. Saat itulah hati akhwat hancur berkeping-keping. Setelah semua harapan terangkai, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah kepastian. Atau mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum bilang jika saatnya tepat. Lalu antum membiarkan akhwat menunggu di teras rumah antum dengan suguhan yang membuat akhwat kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan akhwat berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap membukakan pintu untuknya. Akhwat akan segera pulang karena mungkin saja salah alamat. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati mereka. Ada rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung mereka dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana. Mereka tak ingin mengkhianati calon suami mereka yang sebenarnya. Di istananya ia menunggu calon bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara mereka berkunjung dan berlama-lama di istana orang lain.

Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum, cinta adalah cobaan. Cinta itu akan cenderung pada nafsu. Cinta itu akan cenderung untuk mengajak berbuat maksiat . Itu pasti! Langkah-langkah syetan yang akan menuntunnya. Kita tentunya tdk mau memakai label ‘ta’aruf untuk membungkus suatu kemaksiatan bukan? Hati-hatilah dengan hubungan ta’aruf yang menjelma menjadi TTM (Ta’aruf Tapi Mesra). Tolong hargai akhwat sebagai saudara antum. Akhwat bukan kelinci percobaan. Akhwat punya perasaan yang tidak berhak antum buat ’coba-coba’. Pikirkanlah kembali. Mintalah petunjukNya. Jika antum memang sudah siap dan merasa mantap, segera jemput mereka.

Dan satu lagi yang perlu antum perhatikan adalah bagaimana cara antum menjemput. Tentunya kita menginginkan kata ’berkah’ di awal, di tengah, sampai di ujung pernikahan kan? Hanya ridho dan keberkahanNya lah yang menjadi tujuan. Pilihlah cara yang tepat dan berkah. Antum sudah merasa mantap pada akhwat itu. Antum yakin seyakin-yakinnya bahwa dialah bidadari yang akan menghias istana antum. Tapi antum tidak menggunakan cara yang tepat untuk menjemputnya. Sama halnya jika antum yakin dan mantap untuk menuju Surabaya. Tapi dari Jakarta antum salah memilih kendaraan, akibatnya antum gak akan pernah sampai ke Surabaya, malah nyasar. Ato kendaraannya sudah bener tapi nggak efektif. Terlalu lama di perjalanan. Masih keliling-keliling dulu. Akhirnya banyak waktu terbuang percuma selama perjalanan. Jadi, antum juga harus memikirkan cara yang baik/ahsan, tepat dan berkah agar bahtera rumah tangga antum berjalan di atas ridho dan keberkahanNya.

Semoga pesan ini bisa menjadi bahan renungan antum, para ikhwan, calon qowwam kami (para akhwat) dalam mengarungi bahtera rumah tangga Islami yang akan melahirkan generasi penyeru dan pembela agama ALLAH. Akhirnya aku minta maaf, afwan jiddan bila dalam pesan ini ada hal-hal yg kurang akhsan..


sumber: ust Abdurrahman

Senin, 02 Agustus 2010

sedih ...

kesepian menemani saat ini..
ingin menjerit dan meronta..
entah, tak dapat ku raih..
hanya air yang tak mampu di bendung oleh air kelopak mata
bukan untuk lari dari alur cerita ini,
tapi tuk meluapkan segala rasa yang membuat sesak di dalam dada..

mulailah mencoba mencari celah untuk mendapat cahaya Illahi Robbi..
bersujud dalam keheningan malam,
barulah tau bahwa jasad ini rindu untuk bertasbih keagunganMu..

Selasa, 13 Juli 2010

assalamu'alaikum ..

salam ukhuwah sahabat..
aku tak bisa menjelaskan siapa aku ..
yg jelas, aku manusia yg sama seperti kalian..
yg tak lepas dari kesalahan dan kelalaian..

inginku berbagi melalui blog yg sederhana ini..
entah apa nanti yg kubagikan kepada kalian,
tp semoga bermanfaat.. walaupun sedikit yg kusampaikan..

"balighu anil walau ayah"
itulah kalimat yg aku ingat..


indahnya berbagi..
wassalamu'alaikum
warahmatullahi
wabarakatuh..